Breaking News

Post Top Ad

Your Ad Spot

8/04/2020

Berjuang Mempertahankan Hidup Dua Bocah di MABAR Mengais Rezeki di TPA


Manggarai Barat,NTT, Jendelaindo,  Sore itu matahari belum beranjak kembali ke peraduan,langkah kaki pun tidak kunjung berhenti melangkah,matanya tertuju pada barang-barang yang sudah tidak layak lagi digunakan bagi setiap orang,tangan yang digunakan untuk mencoretkan tinta di atas kertas yang kosong,untuk anak seusianya,harus merabah dari bongkahan sampah yang sangat kotor dan busuk.

Wildan Saputra (12) dan Rusdiawan Saputra (14) kakak beradik,yang hampir setiap harinya menjadikan Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) sebagai area bermain sekaligus tempat mencari nafkah dari sisa-sisa barang yang dibuang dari orang kota Labuan Bajo.

Kakak beradik ini mencari barang-barang seperti,besi,tas,sepatu ,jerigen dan barang yang masih bisa digunakan dan bisa dijual kembali,truck sampah adalah kendaraan yang paling dinanti-nanti kedatanganya,bagi kakak beradik ini.

Saat di telusuri lebih jauh,pada minggu (2/8/20) dari lokasi TPA,di saat hari sudah mulai gelap,media ini mengikuti Wildan dan Rusdi menuju ke rumah,yang ternyata,Wildan dan Rusdi adalah anak dari seorang janda yang sudah 10 tahun di tinggal mati suaminya.Nur Bia (39) adalah Ibu Wildan dan Rusdi yang tinggal di Kampung Kenari Desa Warloka,Kec.Komodo,Kab.Manggarai Barat,NTT.

Kini harus menjadi Ibu sekaligus Ayah bagi Wildan dan Rusdi juga tiga orang anak lainya,yang diketahui anak pertamanya Sumiati (22) mengalami ganguan penglihatan dan anak ke dua Maulana Saputra hanya bisa terbaring di tempat tidur,sementara yang bungsu Ati Arisma (7) masih kecil.

Kerasnya cobaan hidup yang diberikan,tidak menjadi satu hambatan bagi Nur Bia untuk tidak berhenti berjuang.

" Saya setiap harinya,mencari kayu untuk di jual,karena tidak ada sawah atau kebun untuk digarap,dan saya sangat bangga dengan dua anak saya,Wildan dan Rusdi yang tau dengan ke adaan saya",jelas Nur Bia.

Dua anak saya ini Wildan dan Rusdi,lanjut Nur Bia,selama masa Covid ini libur Sekolah mereka banyak membantu dirinya,untuk mencari kayu yang akan dijual.Sehingga bagi Nur Bia Wildan dan Rusdi adalah tulang pungung yang membantu perekonomian keluarga nya.

Barang yang di ambil Wildan dan Rusdi dari TPA,nantinya akan dijual ke penada yang datang langsung ke lokasi.yang hasilnya nanti bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.Sebagain yang bisa digunakan seperti tas dan sepatu,biasanya dipakai untuk kebutuhan Sekolah.

"Kalau barang yang masih bisa di pakai,seperti tas dan jerigen,biasanya anak saya ini langsung cuci untuk bisa digunakan lagi",jelas Nur Bia dengan nada pelan.

Dari pantauan media di rumah Nur Bia,adik kandung nya yang juga merupakan seorang janda 3 orang anak,yang juga di tinggal mati suaminya mengalami nasib yang sama.

Yang dimana Nur Gaya adik Nur Bia,yang diketahui setiap harinya,bekerja seba

gai tenaga harian di sawah atau kebun milik orang,yang nantinya akan diberikan upah seperti padi atau pun uang,untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Rumah yang merupakan satu-satunya peninggalan orang tua,kini terpakasa harus ditinggali oleh 11 orang dengan dua keluarga dan 1 orang saudara laki-laki dari Ibu Nur Bia dan Nur Gaya. RED

Seputar Lain

Post Top Ad

Your Ad Spot