JENDELAINDO - Musim tanam Tembakau di Kabupaten Temanggung Mulai berjalan. Bahkan, beberapa petani yang menanam di bulan April sudah mulai memanen tanamannya.
Namun, ancaman turunnya harga juga mulai membuat petani khawatir. Hal ini disebabkan, karena curah hujan yang terjadi, sehingga menyebabkan mutu Tembakau menurun untuk tahun lalu.
Harga Tembakau rajang di kabupaten Temanggung berkisar Rp 50.000 sampai Rp 70.000 di tingkat petani, namun, kualitas Tembakau sangat baik, faktor cuaca panas yang mendukung.
Menyikapi kemungkinan turunnya kualitas pada musim Tembakau tahun ini, Perkumpulan Pabrik Rokok dan Petani Tembakau Indonesia (P2RPTI ) menghimbau kepada seluruh Pabrikan dari skala kecil sampai besar, agar tetap membeli Tembakau rajang petani di kisaran harga terendah sebesar Rp 60.000 per kilo gram.
Dijelaskan, Sekjen DPP P2RPTI yang Ketua DPD P2RPTI Jawa Tengah, H Bambang Sunardi. "Tembakau adalah komoditas yang banyak ditanam oleh Petani Temanggung. Tahun ini, areal tanam sekitar 14.103, 92 hektare lahan," ungkap Ketua DPD P2RPTI Jateng H Bambang Sunardi, Selasa (17/6).
Di tahun 2024, lanjut dia, jika sampai harga anjlok seperti isu yang berkembang, ini bisa memicu gesekan sosial di tengah masyarakat.
Gesekan sosial yang dimaksud, karena tahun lalu harga Tembakau berkisar Rp 50.000 sampai Rp 70.000 per kilo.
"Kita pahami bahwa Tembakau adalah bahan baku utama rokok. Harga jual rokok terus meningkat tiap tahunnya. Jika tahun ini harga terlalu rendah, bahkan Tembakau petani tidak dibeli. Maka, kemungkinan besar akan menimbulkan gesekan sosial, karena ketidak puasan Petani. Apalagi, petani sudah banyak yang menggantungkan harapan ekonominya pada musim Tembakau tahun ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Ada kemungkinan juga salah satu perusahaan rokok terbesar di indonesia yaitu PT Gudang Garam yang biasanya menyerap hasil tembakau Temanggung, kemungkinan untuk tahun ini 2025 tidak ada pembelian tembakau Temanggung.
Kekhawatiran ini menurutnya yang akan di rasakan oleh petani tembakau Temanggung, karena PT GG sendiri mengalami penurunan omset yang sangat drastis dan stock yang ada juga sudah kuat untuk bertahan 5 tahun kedepan.
"Hal seperti ini kami harap pemerintah turun tangan untuk menyikapinya dan mengintervensi kepada pabrik rokok baik besar maupun kecil agar bisa tetap menyerap hasil panen tembakau tahun ini. "Ungkap Bambang.
Ketika disinggung soal kenapa harus di kisaran harga terendah Rp 60.000 per kilo, Bambang mengaku melihat dari aspek ekonomis sesuai Harga Pokok Produksi (HPP) di tingkat Petani.
"HPP petani di kisaran Rp 33.600 per kilo, dengan kualitas tanaman di lahan sedang baik. Itu perhitungan biaya tanam sampai biaya rajang," jelasnya.
Beliau juga menjelaskan, kendala musim panen Tembakau tahun ini dipicu oleh beberapa faktor diantaranya, curah hujan yang bisa mengurangi mutu Tembakau Rajang, Persediaan Tembakau tahun lalu yang belum laku terjual dan menurunnya omset penjualan pabrikan rokok skala kecil menengah, akibat ketatnya peraturan cukai.
"Tahun ini, cuacanya kurang baik, jika tembakau sering kena air hujan, mutunya kurang baik. Selain itu, petani juga harus memperhatikan umur petik daun Tembakau, harus benar benar tua. Jika mutu baik, insyaAllah harga akan baik," Tandasnya.
Bambang juga berharap agar para petani dan atau pengepul tembakau untuk bersinergi dengan gudang-gudang tembakau yang sudah bersertifikat SRG untuk memberikan solusi pada saat pasca panen untuk tunda jual apabila harga jatuh, dengan harapan petani bisa mendapatkan modal usaha untuk tanam berikutnya dan harga bisa tambah mahal, karena tembakaunya sudah melalui uji mutu dan tersimpan dengan baik di gudang SRG sebagai tembakau timbunan yang siap pakai untuk produksi rokok.
"Harapan lain asosiasi kami bisa bekerja sama dengan kementerian terkait untuk bisa memproduksi tembakau dan turunannya selain rokok, seperti bio etanol, pupuk organik dan pestisida organik dari tembakau tersebut." tutup bambang.