Breaking News

Post Top Ad

Your Ad Spot

8/06/2021

Dongkrak Ekonomi Domestik Dengan Bisnis E-Commerce


Jendelaindonews - Wabah Covid-19 telah mengubah pola konsumsi masyarakat ke sektor digital, berbelanja secara daring Transaksi e-commerce tahun ini pun bakal semakin menjanjikan dan bisa menjadi sumber baru penggerak ekonomi, Realitas ini tentu sangat menggembirakan, Di tengah-tengah sejumlah sektor semakin tertekan.


Bisnis e-commerce menjadi salah satu subsektor bisnis yang moncer. Bahkan, pelaku usaha UMKM sangat terbantu dengan adanya platform digital tersebut.


Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan, nilai transaksi e-commerce tahun ini mencapai Rp395 triliun. Angka ini naik 48,4 persen year on year (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan proyeksi BI sebelumnya sebesar Rp370 triliun.


"Meningkatnya prediksi ini seiring dengan peningkatan preferensi masyarakat untuk berbelanja daring. Hal ini bisa meningkatkan ekonomi dan keuangan digital," ujarnya, Kamis (22/7/2021).


Perry menambahkan, proyeksi yang lebih tinggi itu juga sejalan dengan pencapaian yang signifikan dari penjualan e-commerce pada semester I-2021. Bank sentral mencatat, nilai transaksi e-commerce pada paruh pertama 2021 sebesar Rp186,75 triliun atau naik 63,36 persen.


Penjualan e-commerce memang meningkat pesat dari tahun ke tahun. Menurut data BI, lonjakan transaksi e-commerce terjadi sejak 2017. Pada tahun itu, transaksi e-commerce tercatat mencapai Rp42,2 triliun. Lalu, naik lagi 150,24 persen yoy menjadi Rp105,6 triliun pada 2018. Dan naik lagi menjadi Rp266 triliun pada 2020.

Kenaikan transaksi di platform digital itu tak lepas dari digitalisasi sistem pembayaran serta peningkatan preferensi dan akseprasi masyarakat terhadap teknologi digital.


Asosiasi e-Commerce Indonesia (IdEA) optimistis, nilai transaksi di 2021 bisa melejit sesuai dengan perkiraan BI. ketua Umum IdEA Bima Laga mengatakatakan hal ini seiring dengan preferensi masyarakat yang lebih tinggi untuk berbelanja daring.

Meski begitu, dia tak menampik perubahan perekonomian masyarakat terlihat, terutama karena adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat, yang kemudian berlanjut ke PPKM level 4. Kebijakan itu menggerus daya beli masyarakat.


Oleh karena itu, PPKM level 4 benar-benar bisa segera berakhir dan efektif dalam menurunkan kasus harian Covid-19 sehingga kesehatan dan perekonomian masyarakat kembali pulih. Tak dipungkiri, pandemi jadi momentum bagi sektor e-commerce untuk mendongkrak transaksinya. Walaupun di sisi lain, butuh waktu 5--10 tahun agar kontribusi e-commerce ke produk domestik bruto (PDB) semakin besar.

 

Bantu Sektor UMKM Sejak mulai berkontribusinya sektor e-commerce, semakin semaraknya keberadaan platform digital tak dipungkiri telah membantu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di tanah air. Arti lainnya, keberadaan sektor e-commerce turut membantu membantu menggerakkan perekonomian dalam negeri.


Semakin maraknya perekonomian nasional dengan menggunakan platform digital ini tentu sangat menggembirakan. Ini sesuai dengan mimpi Presiden Joko Widodo ketika melakukan sebuah kunjungan ke Silicon Valley, AS, awal 2016 Presiden ketika itu pernah melontarkan sebuah mimpi menjadikan Indonesia sebagai ‘The Digital Energy of Asia’. Mimpi itu adalah menciptakan setiap tahun 200 startup digital untuk melahirkan entrepreneur baru digital sebanyak 1.000 startup, Program yang diinisiasi pada 2016 itu bisa jadi kini sudah lebih dari yang ditargetkan.


Bahkan, dari program perusahaan rintisan itu, kini dapat disaksikan bukan hanya lahirnya startup. Namun, kita menyaksikan transformasi perusahaan skala unicorn menjadi perusahaan yang lebih akseleratif lagi, decacorn.

Istilah unicorn adalah perusahaan rintisan yang sudah bernilai di atas USD1 miliar, atau setara Rp14,2 miliar (kurs Rp14.427).


Bila dilihat valuasinya, di Indonesia minimal sudah ada empat perusahaan rintisan yang menjadi unicorn, dan satu unicorn yang naik kelas menjadi decacorn, perusahaan dengan valuasi minimal USD10 miliar.

Decacorn baru itu adalah GoTo, nama baru dari hasil megamerger Gojek dan Tokopedia. Tidak berhenti dengan merger saja, perusahaan baru itu disebut-sebut berencana untuk melantai Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam waktu dekat.


Selain GoTo, sejumlah perusahaan rintisan berbasis teknologi lainnnya pun sudah siap-siap untuk melantai (initial public offering/IPO) di bursa efek Indonesia. Sebut saja, Grab, Traveloka, Tiket.com dan beberapa perusahaan lainnya juga siap untuk go public tahun ini.


Di sisi lain, semakin moncernya bisnis berbasis platform digital itu juga menumbuhkembangkan penyalahgunaan bisnis e-commerce tersebut. Hal itu diakui oleh Dirjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan Veri Anggrijono.


Sebagai gambaran, sepanjang semester pertama 2021 terdapat 4.855 konsumen yang telah membuat pengaduan terhadap sektor niaga elektronik atau mencapai 95 persen dari total aduan yang masuk.


Ini sejalan dengan makin intensifnya konsumen menggunakan transaksi elektronik selama pandemi Covid-19.

Sementara itu, Veri mengatakan, pengaduan di sektor e-commerce meliputi masalah pembatalan tiket transportasi udara, pengembalian dana (refund), pembelian barang yang tidak sesuai dengan perjanjian atau rusak, barang tidak diterima konsumen, dan pembatalan sepihak oleh pelaku usaha.


Selain itu, konsumen juga mengeluhkan waktu kedatangan barang yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan, penipuan belanja daring, serta penggunaan aplikasi platform atau media sosial yang tidak berfungsi.


Di tengah-tengah makin derasnya pengaduan, kementerian itu juga mengklaim bahwa mereka mampu menyelesaikan masalah yang muncul dari platform digital sebanyak 4.852 pengaduan.


(Redaksi)

Seputar Lain

Post Top Ad

Your Ad Spot